SELAMAT DATANG DI BLOG RUDY COBRA SEMOGA SUKSES MENYERTAIMU

Kamis, 04 Juli 2013

MAKALAH HADITS MAUDHU'

BAB I
PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang masalah
Makalah ini dibuat semata untuk membahas tentang hadits maudhu’. Hadits maudhu’ salah satu dari pembagian hadits. Semua hadits seperti hadits hasan, hadits dhoif, semuanya bersandarkan kepada Rasulullah SAW. Berbeda dengan hadits maudhu` yang semua isinya dari seorang pendusta dan mengatasnamakan Rasulullah SAW.
B.     Rumusan Masalah
      Agar pembahasan tepat dan benar sesuai yang diinginkan oleh penulis, maka penulis membatasi masalah yaitu sebagai berikut. 
1.      Apakah pengertian hadits maudhu’? 
      2.      Bagaimanakah awal muncul dan faktor yang melatarbelakanginya? 
3.      Apa kriteria kepalsuan dari hadits maudhu’?
4.      Seperti apakah pengaruh dan dampak buruk tersebarnya hadits maudhu’?
5.      Bagaimana upaya menanggulangi hadits maudhu’?
      C.    Tujuan
Dibuatnya makalah ini, memiliki tujuan pokok yang ingin dicapai, yaitu.
1.      Untuk mengetahui pengertian hadits maudhu’.
      2.      Untuk mengetahui awal muncul dan faktor yang melatarbelakanginya.
      3.      Untuk mengetahui kriteria kepalsuan dari Hadits Maudhu’.
4.      Untuk mengetahui pengaruh dan dampak buruk tersebarnya hadits maudhu’.
5.      Untuk mengetahui upaya menanggulangi hadits maudhu’.
BAB II
PEMBAHASAN
HADITS MAUDHU`
Hadits baru dibukukan dan ditulis pada masa Kekholifahan Umar ibn ‘Abd Al Aziz abad ke 2 H melalui perintahnya kepada Gubernur Abu Bakar Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dan bahkan kepada tabi’in wanita ‘Amrah binti ‘Abd Al Rahman. Kesenjangan waktu antara sepeninggalan Rasulullah SAW dengan waktu pembukukan hadits hampir 1 abad merupakan kesempatan yang baik bagi orang-orang atau kelompok tertentu untuk memulai aksinya membuat dan mengatakan sesuatu yang kemudian dinisbatkan kepada Rasulluh SAW. dengan alasan yang dibuat-buat. Penisbatan sesuatu kepada Rasulullah seperti inilah yang selanjutnya di kenal dengan hadis palsu atau hadits maudhu’.
A.    Pengertian Hadits Maudhu`
Apabila ditinjau secara bahasa, hadits maudhu` merupakan bentuk dari isim maf`ul dari wado`a-yado`u.kata wado`a  memiliki beberapa makana antara lain: menggugurkan, misalnya kalimat wado`al jinan yata anhu (hakim menggugurkan hukuman dari seseorang). Juga bermakna attarku (meninggalkan), misalnya ungkapan ibilun maudu`atun (unta yang ditinggalkan di tempat pengembalaannya). Selain itu juga bermakana al iftiroo`u wal ikhtilaaqu (mengada ada dan membuat buat), misalnya kaliamat wado`a fulaanun haadzihil qissota (fulan membuat buat dan mengada ada kisah itu).[1]
Adapun pengertian hadits maudhu` menurut istilah para muhaddisin adalah :
Sesuatu yang dinisbatkan kepada rasulullah SAW.secara mengada ada dan dusta, yang tidak beliau sabdakan,beliau kerjakan ataupun beliau taqrirkan.[2]
            Dari pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa hadits maudhu` adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi secara rekaan atau dusta semata mata. Dalam penggunaan masyarakat islam, hadits maudhu` disebut juga hadits palsu.[3]
            Kata kata yang biasa dipakai untuk hadits maudhu` adalah al-mukhtalaqu, al-muhtala`u,al-mashnu, dan al-makdzub. Kata tersebut memiliki arti yang hampir sama. Pemakaian kata kata tersebut adalah lebih mengokohkan (ta`kid) bahwa hadits semacam ini semata mata dusta atas nama Rasul SAW.[4]
B.     Awal muncul dan faktor – faktor yang melatarbelakangi munculnya hadits  hadits maudhu`
1.      Awal muncul hadits maudhu’
Awal munculnya hadits maudhu` yaitu pada masa pemerintahan sayyidina utsman bin affan (w. 35 H). golongan inilah yang mulai menaburkan benih-benih fitnah yang pertama.[5] Salah seorang tokoh yang berperan dalam upaya menghancurkan islam pada masa utsman bin affan adalah Abdullah bin Saba`, seorang penganut yahudi yang menyatakan telah memeluk islam.
           
            Dengan bertopengkan pembelaan kepada Sayyina Ali dan ahli Bait, ia menjelajah kesegenap pelosok untuk menabur fitnah kepada orang ramai. Ia menyatakan bahwa Ali (w. 40 H) lebih berhak menjadi khalifah dari pada utsman, bahkan lebih berhak dari pada Abu Bakar (w. 13 H) dan Umar (w. 23 H). Hal itu karena, menurut abdullah bin Saba` sesuai dengan wasiat dari Nabi SAW. Lalu untuk mendukung prropaganda tersebut ,ia membuat satu hadits maudhu` (palsu) yang artinya,: “setiap nabi itu ada penerima wasiatnya dan penerima wasiatku adalah Ali[6]
            Namun penyebaran hadits maudhu`  pada masa ini belum begitu meluas karena masih banyak sahabat utama yang masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan kepalsuan suatu hadits. Sebagai contoh, Sayyina Utsman, ketika beliau mengetahui hadits  maudhu` yang dibuat oleh Ibnu Saba`, beliau dengan mengambil tindakan dengan mengusir Ibnu Saba` dari Madinah. Begitu juga yang dilakukan oleh Sayyina Ali setelah beliau menjadi khalifah.
            Para sahabat mengetahui banyak dari hadits maudhu` karena ada ancaman yang kerasa yang di keluarkan oleh Nabi SAW.terhadap orang yang memalsukan hadits, sebagaimana sabda Nabi SAW.,”Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja diya telah menempati tempatnya didalam neraka[7]
            Walaupun begitu, golongan ini terus mencari cari peluang yang ada, terutama setelah terjadinya pembunuhan utsman. Kemudian muncul golongan golongan seperti golongan yang ingin menuntut bela atas kematian utsman , golongan yang mendukung Ali, dan golongan yang tidak mmemihak kepada golongan pertama dan golongan kedua. Kemudian untuk memngaruhi orang banyak supaya memihak kepada golongannya masing masing, orang orang munafik dari masing masing golongan tersebut membuat hadits-hadits palsu yang menunjukkan kelebihan dan keunggulannya.[8]
            Imam Az-Zahabi (w. 748 H) meriwayatkan dari Khuzaimah bin Nasr, katanya, “Aku mendengar Ali berkata di Siffin, mudah mudahan allah melaknati mereka (yaitu golongan yang putih yang telah menghitamkan) karena telah merusakkan hadits-hadits Rasulullah”[9]
Menyadari hal itu, para sahabat awal tidak akan mudah percaya dan menerima begittu aja sekiranya mereka meragukan kesasihan hadits itu.
            Walaupun begitu, tahap penyebaran hadits-hadits maudhu` pada masa ini masih lebih kecil dibandingkan dengan zaman-zaman berikutnya. Hal ini karena masih banyaknya tabi`in yang menjaga hadits-hadits dan menjelaskan diantara yang lemah dan yang sahih. Dan juga karena zaman ini masih dianggap masih sezaman dengan Nabi SAW.dan disebut oleh Nabi sebagai diantara sebaik-baik zaman. Pengajaran- pengajaran serta wasiat dari Nabi masih segar dikalangan mereka yang menyebabkan mereka dapat menganalisis kepalsuan-kepalsuan suatu hadits.[10]
2.      Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Munculnya Hadits Maudhu`
a.      Pertentangn Politik Dalm Soal Pemilihan Kholifah
Pertentangan diantara umat islam timbul setelh terjadinya pembunuhan terhadap khalifah Umar bin Affan oleh para pemberontak dan kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib.[11]
Konflik-konflik politik telah menyeret permasalahan agama masuk kedalamnya dan membawa pengaruh juga pada madzhab-madzhab keaamaan. Karena persaingan untuk menonjolkan kelompok mereka masing-masing, maka ketika mencari dalil dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah tidak ada, mereka membuat pernyataan-pernyataan yang disandarkan pada Nabi SAW. Dari sinilah Hadits palsu berkembang. Materi Hadits pertama tentang keunggulan seseorang dan kelompoknya.
Orang-orang syiah membuat hadits maudhu` tentang keutamaan-keutamaan `Ali dan Ahli Bait. Disamping itu mereka membuat hadits maudhu` dengan maksud mencela cela dan menjelek jelekkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a.[12]
            Gerakan- gerakan orang syiah tersebut diimbangi oleh golongan jumhur yang bodoh dan tidak taua akibat dari pemalsuan hadits tersebut dengan membuat hadits-hadits palsu.[13]
Golongan yang fanatik kepada muawiyah membuat pula hadits palsu yang menerangkan keutamaan muawiyah ,diantaranya:”orang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu aku, jibril, dan muawiyah”.
Perlu diketaui bahwa walaupun kaum khawarij merupakan kaum yang keluar dari golongan ahlussunnah waljamaah.mereka tidak pernah mengeluarkan hadits maudhu` untuk menguatkan madzhabnya. Jadi tidak benar jika ada ulama` yang mengatakan bahwa kaum khawarij itu memperkuat madzhabnya dengan mambuat hadits maudhu`.[14]
Mereka tidak melakukan pemalsuan hadits dikarenakan oleh doktrin mereka yang mengafirkan orang-orang yang melakukan dosa besar, sedangkan dusta merupakn dosa besar, apalagi berdusta atas nama Nabi SAW.[15]
b.      Adanya kesenjangan dari pihjak lain untk merusak ajaran islam
Golongan ini adalah terdiri dari golongan zindiq, yahudi, Majusi, dan nasrani yang senantiasa menyimpan dendam tehadap agama islam. Faktur ini merupakan awal munculnya hadits maudhu`. Hal ini berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba` yang mencoba memecah belah umat islam dengan bertopengkan kecintaan kepada Ahli Bait. Sejarah mencatat bahwa ia adalah seorang yahudi yang berpura pura memeluk agama islam. Oleh karena itu, ia berani menciptakan hadits maudhu` pada saat masih banyak sahabat utama masih hidup.[16]
            Khalifah yang sangat keras membasmi gerakan orang-orang zingiq ini adalah khalifah Al-Mahdy dari dinasti abbasiyah.[17]
c.       Mempertahankan madzhab dalam masalah fiqih dan kalam
Para pengikut madzhab fiqih dan pengikut ulama` kalam, yang bodoh dan dangkal ilmu agamanya, membuat pula hadits-hadits palsu untuk menguatkan paham pendirian imannya.
Mereka yang fanatik terhadap madzhab Abu Hanifah yang menganggap tidak sah shalat mengangkat kedua tangan dikala sholat membuat hadits maudhu` sbb: Barang siapa mengangkat kedua tangannya didlam sholat,tidak sah sholatnya.[18]
d.      Membangkitkan gairah beribadah untuk mendekatkan diri kepada allah
Mereka membuat hadits-hadits palsu dengan tujuan menarik orang untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, melalui amalan amalan yang meraka ciptakan,melalui hadits  tarhib wa targhib (anjuran anjuran untuk meninggalkan yang tidak baik dan mengerjakan yang di pandangnya baik) dengan cara berlabih lebihan.
Seperti hadits hadits yang dibuat Nuh ibn Abi Maryam tentang keutamaan al-qur`an. Ketika ditanya alasannya melakukan hal seperti itu ia menjawab,”saya dapati manusia telah berpaling dari membaca al-qur`an maka saya membuat hadits hadits ini untuk menarik minat umat kembali kepada al-qur`an”.[19]
e.       Menjilat para penguasa untuk mencari kedudukan atau hadiah
Ulama` ulama` su` membuat hadits palsu ini untuk membenarkan perbuiatan perbuatan para penguasa sehingga dari perbuatannya tersebut, mereka mendapat upah dengan diberi kedudukan atau harta.
Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim An nakha`I yang datang kepada amirul mu`minin Al-Mahdi yang sedang bermain merpati.lalu ia menyebut hadits dengan sanadnya secara berturut turut sampai kepada Nabi SAW.bahwasanya beliau bersabda, laa sbaqa illa fiinaslin aukhuffin auhaafirin aw janaahin,
“tidak ada perlombaan kecualai dalam anak panah, ketangkasan,menunggang kuda atau burung yang bersayap".
Ia menambahkan kata, atau burung yang bersayap, untuk menyenangkan Al-Mahdi, lalu Al-Mahdi memberinya 10.000 dirham. Setelah ia berpaling, sang amir berkata,”aku bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah SAW.”, lalu ia memerintahkan untuk menyembelimbelih merpati itu.[20]
C.    Kriteria kepalsuan suatu hadits
Para ulama` muhadditsin, disamping membuat kaidah-aidah untuk mengetahui sahih,hasan, atau dhaif suatu hadits, mereka juga menentukan ciri ciri untuk mengetahui ke-maudhu`-an suatu hadits.
Kepalsuan suatau hadits dapat dilihat pada kriteria yang terdapat pada sanad dan matan.
1.      Yang terdapat pada sanad
Terdapat banyak ciri ciri kapalsuan hadits yang terdapat pada sanad. Ciri ciri tersebut adalah :
a.       Rawi tersebut terkenal berdusta (seorang pendusta) dan tidak ada seorang rawi yang terpercaya yang meriwayatkan hadits dari diya.[21]
b.      Pengakuan dari sipembuat sendiri, seperti pangakuan seorang guru taswwuf, ketika ditanya oleh Ibnu Ismail tentang keutamaan ayat ayat al-qur`an, yang serentak menjawab, “tidak seorangpun yang meriwayatkan hadits kepadaku. Akan tetapi, serentak kami melihat manusia sama membenci al-qur`an, kami ciptakan untuk mereka hadits ini (tentang keutamaan ayat ayat al-qur`an ), agar mereka menaruh perhatian untuk mencuntai al-qur`an.”
c.       Kenyatan sejrah, mereka tidak mungkin bertemu,misalnya ada pengakuan dari seorang Rawi bahwa ia menerima hadits dari seorang guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut, atau ia lahir sesudah guru tersebut meninggal, misalnya ketika ma`mun ibn Ahmad As-sarawi mengaku bahwa ia menerima hadits dari Hisyam ibn Amar kepada ibn Hibban, maka ibn Hibban bertanya,”kapan engkau pergi ke syam? . ” ma`mun menjawab,”pada tahun 250 H.” mendengar itu, ibn Hibban berkata, “Hisyam meninggal dunia pada tahun 245 H.”[22]
d.      Keadaan rawi dan faktor faktor yang mendorongnya membuat hadits maudhi`.
2.      Yang terdapat pada matan
Terdapat banyak pula ciri ciri hadits maudhu` yang terdapat dalam matan, diantaranya sbb.
a.       Keburukan susunan lafazhnya
Ciri ini akan diketahui setelah kita mendalami ilmu bayan. Dengan mendalami ilmu bayan ini, kita akan merasakan susunan kata, mana yang  mungkin keluar dari mulut Nabi Saw.dan mana yang tidak mungkin keluar dari mulut Nabi SAW.
b.      Kerusakan maknanya
1.      Karena berlawanan dengan akal sehat
2.      Kerena berlawanan dengan hukum akhlak
3.      Kerena  bertentangan dengan ilmu kedokteran
4.      Kerena menyalahi UU (ketentuan ketentuan) yang ditetapkan akal terhadap Allah
5.      Kerena menyalahi hukum hukum Allah dalam mencipatakan alam, seperti hadits yang menerangkan bahwa; `Auj ibn `unuq mempunyai panjang 300 hasta.
6.      Kerena mengandung dongeng dongeng yang tidak masuk akal sama sekali
7.      Bertentangan dengan keterangan al-qur`an hadits mutawakil,dan kaidah kaidah kulmiyah.
8.      Menerangkan suatu pahala yang sangant besar trehadap perbuatan perbuatan yang sangat kecil, atau siksa yang sangat besar terhadap suatu perbuatan yang kecil.[23]
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Hadits maudhu’ adalah segala sesuatu yang tidak pernah keluar dari Nabi SAW baik dalam bentuk perkataan, perbuatan atau taqrir, tetapi disandarkan kepada beliau secara sengaja atau pun tidak sengaja.
Sebagian ulama mendefinisikan Hadits Maudlu’ adalah “Hadits yang dicipta dan dibuat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaannya itu dikatakan sebagai kata-kata atau perilaku Rasulullah SAW, baik hal tersebut disengaja maupun tidak”.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi hadits maudhu, yaitu: (1) Polemik politik, (2) kaum zindiq adalah golongan yang membenci islam, baik sebagai agama ataupun sebagai dasar pemerintahan. (3) Fanatik terhadap Bangsa, Suku, Negeri, Bahasa, dan Pimpinan. Mereka membuat hadits palsu karena didorong oleh sikap egois dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau yang lain.
B.     SARAN
Ada berbagai saran yang disampaikan oleh penulis, yaitu.
1.      Para pembaca disarankan agar memberikan kritik atas isi dan penulisan makalah.
2.      Bagi para pembaca disarankan untuk memiliki kriteria yang telah dipapar dalam makalah.
3.      Jika memiliki hambatan dalam membaca maka seyogyanya membaca makalah ini, karena didalam makalah ini dipaparkan mengenai solusi untuk mengatasi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ø  M.solahuddin. 2009.ulumul hadits.bandung: cv Pustaka Setia,


[1] Lihat al-Qamus aal-muhits.hlm.94.juz III.pokok kata W-DH-`A
[2] Muhamad `ajjaj Al-khsthib. Ushul al-hadits.terj.H.M. Qadirun dan Ahmad Musyafiq.Jakarta: Gaya media pratama.hlm.352.
[3] Abdul Fatah Abu Ghuddah. Lamhat Min Tarikh As-Sunnah wa `ulum Al-Hadits.hlm.41.
[4] Utang Ranu Wijaya. Ilmu Hadits . Jakarta: Gaya media pratama.1996.hlm.189.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Al-Imam An-Nawawi. Muqaddimah shahih muslim bi Syarh An-Nawawi. Bab Taghliz Al-Kidzb ala Rasulullah Hadits no.3.
[8] Abdul Fatah Abu Ghudah. Lamhaat Min Tarikh As-sunnah Wa Ulum Al-Hadits. Hlm.45;Syahbah. Op.cit. hlm. 20-21
[9] Syahbah. Hlm.22.
[10] Al-khatib. Op.cip. hlm.353-354
[11] M.solahuddin.ulumul hadits.bandung: cv pustaka setia,2009.hlm.176.
[12] ibid
[13] M.solahuddin.ulumul hadits.bandung: cv pustaka setia,2009.hlm.177.
[14] Ibid.hlm.248.
[15]  AL-Qaththan. Syaikh Manna. Mubahits fi ulum al-hadits. Terj. Mifdhol Abdurrahman. Jakarta: pustaka al-kautsar. 2005.hlm.147.
[16] M.solahuddin.ulumul hadits.bandung: cv pustaka setia,2009.hlm.179.
[17] Ash-shiddieqy.op.cit.hlm.250.
[18] M.solahuddin.ulumul hadits.bandung: cv pustaka setia,2009.hlm.180.
[19] M.solahuddin.ulumul hadits.bandung: cv pustaka setia,2009.hlm.181.
[20] Al-Qaththan. Op.cip. hlm. 149
[21] Ash-shiddieqy.op.cit.hlm.237.
[22] Ibid.hlm. 238.
[23] M.solahuddin.ulumul hadits.bandung: cv pustaka setia,2009.hlm.186.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar